Aku Menanam Mawar
Aku menanam mawar dan tak
ternilai elok kembang-
kembangnya, mereka paling suka
meledek orang- yang girang
memangsa dirinya sendiri
Di tamanku tak sepasang almanak
yang dibuat dan ditungggu
jiwa ganjil dan waktu tak pernah
tetukar di sini – baik dari
Segala yang hidup dan yang mati
Bahkan dari segala yang ngambang
dan setengah-setengah aku
menanam mawar dan tak puas
mencium bait kembang
pertama: aku menanam mawar
Laut
Apa yang senantiasa bergoyangan
di tengah lautan
Buih yang berkejaran atau Cuma
ilusi yang terbentang
Atau darah alam yang mengombak
dan membuat pusaran
Segalanya terlalu jauh dari
jangkauan
Kita butuh waktu – butuh fantasi
Untuk: Karam!
Matahari Esok Hari
Wariskan bumi yang manis pada
anak-anak kita
bukan pijar
matahari yang membakar dada mereka
dan mengobarkan perdebatan zaman
di luar ketentuan kehendak detak
jam.
Tak usah kita dongengkan bumi
yang kian tipis
tambang-tambang semakin habis
agar mereka lebih berani
menyongsong matahari esok pagi
Hindarkan segala permusuhan
sebab kekerasan hanya batang
bengkok yang didera dahan
yang membuat takut memiliki
kedirian
dan berbiak jadi kejahatan
Wariskan bumi yang manis
seperti mula Tuhan mewarisi Adam
bumi perawan yang membawayangkan
luas langit
tanpa kemunafikan.
Mereka adalah anak-anak masa
depan
di tangannya tergenggam segala
harapan
matanya memandang jauh memburu
jejak-jejak bintang
Mari kita warisi: kekuatan!
Surat Kecil Buat SND
Laut dengan pesisir, keteguhan
karang dan segala
seluk-beluknya akan nampak lebih
jelas jika dilihat mata
kristal. Namun aku terlambat
membuka mata. Di gubuk ini,
gubuk bamboo dengan atap ilalang
milik pribumi, hanya
diterangi lampu teplok dengan
nyala kekuningan. Terkadang
yang entah apa namanya meletakkan
kilauan lain: tak teraba.
Masih terekam jelas:
Ombak
bergolak
Sungai
mengangkut lumpur
Muara buthek
Matahari dan
bayangan matahari
Fatamorgana
yang semua itu adalah
nukilan-nukilan hari dan bangunan-
bangunannya yang mengeraskan
mata: tak lenyap-lenyap
Kau di sampingku cemberut
: “hapus,” katamu
Sedang aku tak bisa
sebab kenyataan itu benar adanya
APEL DAN
GADIS
Apel merah matang mengeras di dada gadis
mungkin dirabuk pakai kosmetik
kadang nampak lembek
bagai ilham yang sulit menangkap teka-teki
kukunyah dagingnya
dan si gadis pun mengejap bodoh
mengapa ia tak mengumpatku “bangsat”
atau “kau pencuri”
Kenapa ia malah tanya tentang bulan bintang-bintang
yang menggerombol dan berputar-putar di langit tanpa awan!
Tidak!
Aku kehilangan kata yang siap
selain hanya lelucon
Apakah ia suka
itu tergantung kuncinya:
senggama!
Apel merah matang mengeras di dada gadis
mungkin dirabuk pakai kosmetik
kadang nampak lembek
bagai ilham yang sulit menangkap teka-teki
kukunyah dagingnya
dan si gadis pun mengejap bodoh
mengapa ia tak mengumpatku “bangsat”
atau “kau pencuri”
Kenapa ia malah tanya tentang bulan bintang-bintang
yang menggerombol dan berputar-putar di langit tanpa awan!
Tidak!
Aku kehilangan kata yang siap
selain hanya lelucon
Apakah ia suka
itu tergantung kuncinya:
senggama!
AKU MENATAP
JEJAKMU
Langit tak pernah berganti
di jalan ini
Kutemukan:
kerisik dedaunan
matahari dan bulan
yang bergerak lambat.
Kutatap jejakku di situ
bergetar bagai senar gitar
Menggaung
memberi hidup bagi yang dicintainya
yang tak lain dirinya sendiri.
Sambil menakar jarak dan dalamnya
: aku megap oleh cahaya
Langit tak pernah berganti
di jalan ini
Kutemukan:
kerisik dedaunan
matahari dan bulan
yang bergerak lambat.
Kutatap jejakku di situ
bergetar bagai senar gitar
Menggaung
memberi hidup bagi yang dicintainya
yang tak lain dirinya sendiri.
Sambil menakar jarak dan dalamnya
: aku megap oleh cahaya
SORE HARI
Hujan turun di saat jam rusak
dan matahari menggelap
Hari tanpa angin
dan ketika geludug menggedor dada
hatiku luka
Ah, cinta yang tak saling berkabar
separo garam separo air tawar merembes ke akar.
Kapan aku tak melihat daun-daun kuning: berguguran
kapan aku tak terkena racun cinta
yang dipelihara lampu lima watt
untuk akhirnya dijadikan korban!
Tapi ini ungkapan februari tergelap
yang ditinggal mata tercerdas
di mana jalan setapak yang menuju bukit itu berkabut
Lebih ke sana sedikit, hanya kenangan
jauh ke sana lagi, hei mari bangkit lagi
dan bukan penantian seperti ini.
Mataku pun lebih nanar
menatap keseluruhan sore
dan membangunnya kembali di malam hari
sebelum akhirnya benar-benar terjun ke laut
: esok hari
Hujan turun di saat jam rusak
dan matahari menggelap
Hari tanpa angin
dan ketika geludug menggedor dada
hatiku luka
Ah, cinta yang tak saling berkabar
separo garam separo air tawar merembes ke akar.
Kapan aku tak melihat daun-daun kuning: berguguran
kapan aku tak terkena racun cinta
yang dipelihara lampu lima watt
untuk akhirnya dijadikan korban!
Tapi ini ungkapan februari tergelap
yang ditinggal mata tercerdas
di mana jalan setapak yang menuju bukit itu berkabut
Lebih ke sana sedikit, hanya kenangan
jauh ke sana lagi, hei mari bangkit lagi
dan bukan penantian seperti ini.
Mataku pun lebih nanar
menatap keseluruhan sore
dan membangunnya kembali di malam hari
sebelum akhirnya benar-benar terjun ke laut
: esok hari
2 komentar:
Mas mandi ini saya luwi.... Putri ragil nya Almarhum Bambang Darto... Apakah mas Mahwi punya buku kumpulan yg berjudul Potret Yang Hilang... Sampulnya putih.. Rencana luwi mau cetak ulang puisi2 papa
Kutinggalkan jejakku disini
Seperti di lereng Merapi
Untuk sebuah kenangan, bersamamu, dulu ...
Posting Komentar