Home » » Puisi-Puisi Bambang Darto

Puisi-Puisi Bambang Darto



Aku Menanam Mawar

Aku menanam mawar dan tak ternilai elok kembang-
kembangnya, mereka paling suka meledek orang- yang girang
memangsa dirinya sendiri

Di tamanku tak sepasang almanak yang dibuat dan ditungggu
jiwa ganjil dan waktu tak pernah tetukar di sini – baik dari
Segala yang hidup dan yang mati

Bahkan dari segala yang ngambang dan setengah-setengah aku
menanam mawar dan tak puas mencium bait kembang
pertama: aku menanam mawar


Laut

Apa yang senantiasa bergoyangan di tengah lautan
Buih yang berkejaran atau Cuma ilusi yang terbentang
Atau darah alam yang mengombak dan membuat pusaran

Segalanya terlalu jauh dari jangkauan
Kita butuh waktu – butuh fantasi
Untuk: Karam!


Matahari Esok Hari

Wariskan bumi yang manis pada anak-anak kita
bukan pijar matahari yang membakar dada mereka                 
dan mengobarkan perdebatan zaman
di luar ketentuan kehendak detak jam.

Tak usah kita dongengkan bumi yang kian tipis
tambang-tambang semakin habis
agar mereka lebih berani
menyongsong matahari esok pagi

Hindarkan segala permusuhan
sebab kekerasan hanya batang bengkok yang didera dahan
yang membuat takut memiliki kedirian
dan berbiak jadi kejahatan

Wariskan bumi yang manis
seperti mula Tuhan mewarisi Adam
bumi perawan yang membawayangkan luas langit
tanpa kemunafikan.

Mereka adalah anak-anak masa depan
di tangannya tergenggam segala harapan
matanya memandang jauh memburu jejak-jejak bintang

Mari kita warisi: kekuatan!


Surat Kecil Buat SND

Laut dengan pesisir, keteguhan karang dan segala
seluk-beluknya akan nampak lebih jelas jika dilihat mata
kristal. Namun aku terlambat membuka mata. Di gubuk ini,
gubuk bamboo dengan atap ilalang milik pribumi, hanya
diterangi lampu teplok dengan nyala kekuningan. Terkadang
yang entah apa namanya meletakkan kilauan lain: tak teraba.

Masih terekam jelas:
            Ombak bergolak
Sungai mengangkut lumpur
Muara buthek
Matahari dan bayangan matahari
Fatamorgana
yang semua itu adalah nukilan-nukilan hari dan bangunan-
bangunannya yang mengeraskan mata: tak lenyap-lenyap

Kau di sampingku cemberut
: “hapus,” katamu
Sedang aku tak bisa
sebab kenyataan itu benar adanya


APEL DAN GADIS

Apel merah matang mengeras di dada gadis
mungkin dirabuk pakai kosmetik
kadang nampak lembek
bagai ilham yang sulit menangkap teka-teki

kukunyah dagingnya
dan si gadis pun mengejap bodoh
mengapa ia tak mengumpatku “bangsat”
atau “kau pencuri”
Kenapa ia malah tanya tentang bulan bintang-bintang
yang menggerombol dan berputar-putar di langit tanpa awan!

Tidak!
Aku kehilangan kata yang siap
selain hanya lelucon
Apakah ia suka
itu tergantung kuncinya:
senggama!






AKU MENATAP JEJAKMU

Langit tak pernah berganti
di jalan ini
Kutemukan:
kerisik dedaunan
matahari dan bulan
yang bergerak lambat.
Kutatap jejakku di situ
bergetar bagai senar gitar
Menggaung
memberi hidup bagi yang dicintainya
yang tak lain dirinya sendiri.
Sambil menakar jarak dan dalamnya
: aku megap oleh cahaya


SORE HARI

Hujan turun di saat jam rusak
dan matahari menggelap
Hari tanpa angin
dan ketika geludug menggedor dada
hatiku luka

Ah, cinta yang tak saling berkabar
separo garam separo air tawar merembes ke akar.
Kapan aku tak melihat daun-daun kuning: berguguran
kapan aku tak terkena racun cinta
yang dipelihara lampu lima watt
untuk akhirnya dijadikan korban!

Tapi ini ungkapan februari tergelap
yang ditinggal mata tercerdas
di mana jalan setapak yang menuju bukit itu berkabut
Lebih ke sana sedikit, hanya kenangan
jauh ke sana lagi, hei mari bangkit lagi
dan bukan penantian seperti ini.

Mataku pun lebih nanar
menatap keseluruhan sore
dan membangunnya kembali di malam hari
sebelum akhirnya benar-benar terjun ke laut
: esok hari

Share this article :

2 komentar:

Luwi Darto mengatakan...

Mas mandi ini saya luwi.... Putri ragil nya Almarhum Bambang Darto... Apakah mas Mahwi punya buku kumpulan yg berjudul Potret Yang Hilang... Sampulnya putih.. Rencana luwi mau cetak ulang puisi2 papa

Mbah Bei mengatakan...

Kutinggalkan jejakku disini
Seperti di lereng Merapi
Untuk sebuah kenangan, bersamamu, dulu ...

 
Support : Jualan Buku Sastra | Jualan Buku Seni dan Budaya |
Copyright © 2013. areamahwiairtawar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger