Puisi Mahwi Air
Tawar
Kepada Mei
lusuh bajumu mengingatkanku
pada sebuah almanak
buku-buku tua, harakat-harakat kusam
kita saling berdekapan, bertukar nafas amis,
tidur berbanjar di atas koran
sesekali kita saling mengingat
nama menatap langit
dan temaram lampu
Yogyakarta,
2008-2012
Legung
aku
berhasrat meminang gulur pasirmu
menggiring
busur angin dari sirip nasib pelaut
merangkum
hamburan sisik ikan
dari pangkalan
membujuk
desau kelu dari tingkap jukong
tak akan aku
tengadah menagih janji musim
karena aku berhasrat meminang pekat lautmu
mengulumkan
nafas dalam dentum ombak
renggutlah
tubuhku!
segala
hasrat tenggelam dalam palungmu
hingga
pelayaranku memasuki tepi penghabisan
2012
Catatan Harian
aku ingin melipat baju pemberian ibu
lemari tua, pelitur yang mulai luntur
helai rambut yang tercerabut
terselip di sela jeriji sisir
aku ingin menata ulang cangkir, gelas, piring dan rantang, panci
tempat menghangat-matangkan setangkup hati
lauk rindu yang mulai basi
sebuah catatan harian penuh debu,
radio transistor yang terselip di rak lemari
seperti tangan-tangan waktu meraup pecahaan perasaan
pada kelambu merah jambu, merah jingga, garis-garis tipis
mengingatkanku kepada pedagang keliling
senin menjelang siang: empatpuluh hari sebelum
akhirnya
pernikahan dilangsungkan ia datang dengan mata bergairah
“lunasi hutang dengan baju luruh!
ia selipkan ujung jari ke sela lubang baju
dan menariknya hingga robek
ah, ibu, betapa sejak itu keluhmu penuhi
lembaran-lembaran
catatan harian hingga malam nikah berlangsung sungsang
***
sembilan bulan lagi kurang lebih, ia akan menjadi bapakku
menjadi milikku secara utuh
meski pada suatu waktu aku akan menjadikannya orang asing
datang melewati atau melompati jendela
membuka lemari dan merebahkan tubuh
merampas rasa perihku menjelang usia remaja:
ah, ibu…, alangkah perih luka mesti kuperas
agar jalanku tak keruh dalam genangan tangis
2011-2012
Kolenang
aku memetik
tembakau, menyimak nada
dari kelam
hari—dari pusaran makam keramat
dua pasang
sapi betina berlenggang, denting pelana, kilau mata arit
lenguh karapan seakan menyeberangi selatmu
juga lelehan
darah dari punggung sapi jantan dalam arakan
mengitari kemarau.
aku
berlenggang, mengiring tarian
tandak
menjelang rokat laut
lengking
saronen saat mengiringi lenggang dua sapi betina, sapi jantan
memasuki
arena hidup dan mati: Menarilah!
di bawah
bulan tanggal satu
doa dan
mantra mengalun di sepi jalanku
angin menyeberangkan perahu di laut kelam
meninggalkan
sepetak tanah merah yang diperam
dari jantung
musim yang tak
lekang memercikkan bulir-bulir garam
2010-2012
Catatan Senin
Yataka
dinihari
sebuah rumah
tanpa pagar kumasuki
malam baru
saja diarak angin penghabisan
bersahut
suara di bumi-di langit memperdengarkan
kisah
kitaran yang menyembur dari sela lipatan almanak kumal
pangkal hari
menggores pahatan nama-nama dan tanggal
:
tangan-tangan
sunyi mengirim ranum hari yang sebentar lagi mekar
almanak
koyak bagai dikerat runcing jaram jam
kaki-kaki
tahunku pincang— tersuruk di landai hari yang curam,
bau anyir
menggiring jerih
meniti
punggung waktu yang terus mengerang
pagi
dari pinggir
siring yang basah kubaca riwayat:
bunga laut
terkasih, berlabuhlah di hulu hatiku
sebelum pelayaranku
memasuki tepi hayat
dan tanganku
tak kuasa lagi
mengayuh
dayung melayari pekat laut yang sebentar lagi pasang
menyeberangi
selat-pulau-pulau tempatku berpulang
mencecap
asin garam menisik layar hidup yang koyak
siang
kututup
jendela meski ada yang diam-diam mengerang di bawah kudung pintu
tapi aku
lebih tak peduli. biarlah! biarlah mataku menangkap segala
yang berdiam
di antara lipatan baju, celana, sarung bantal, dan
sprei,
lembar-lembar kertas penuh coretan rencana, daftar-daftar yang terus menjalar
di ranting
hatiku—terus berkeretak saat terik mengajaknya berjaga
di seberang
siang sebelum hari menyingkap rahasia
:
biarlah
angin menciummu dengan hasrat musim
atau
mengantarmu ke lubuk waktu hingga hujan bersedia
meminang
dagingmu dan membuang kulit keriputmu jauh ke ambang petang
tepi kali bedog-kalierang, januari-februari
2011-2012
Mahwi Air
Tawar, lahir dan besar di Madura. Kini bermukim di RT 03/RW19. Karangnongko.
Gamping Kidul. Sleman. Yogyakarta. Buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit,
Mata Blater. 2010
0 komentar:
Posting Komentar