Aku tidak tahu
siapa orangtua kandungmu, mungkin bernama Puisi, Cerpen, atau Novel, dan antau
mungkin bernama Adiagung Sastrawan, entah sebutan apalagi yang lebih keren
kepada orang tua kandungmu. Tapi, siapapun mereka, aku tidak akan peduli dengan
orangtua kandungmu, aku hanya kasihan dan iba dengan nasibmu, kamu tampak
merana, dengan wajah kusut minta diperhatikan. Kamu menjerit, kadang melompat-lompat,
ngambek meski sekilas, dari luar kau
berparas cantik, dan gagah.
Setiap memperhatikanmu
aku hanya menerka-nerka saja mungkin orangtua kandungmu kelewat sakit tapi
anehnya tak seorang pun mau menolong orangtua kandungmu. Atau mungkin terlalu
gagah, mata nanar, dada selalu tegap; tak seorang boleh menatap, dan kalau
demikian maka wajarlah nasibmu dikoyak-koyak
sepi, dirundung duka dan sajak yang
diyakini oleh leluhurmu, Umbu Landung Paranggi, sajakpun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan, semakin menjauh
dari jiwamu.
Tetapi aku heran
denganmu, meski kamu kamu akan/ nyaris mampus dan selalu berusaha menampakkan
diri seolah-olah dirimu adalah mahkluk paling bahagia tapi tetap saja, kisut,
kemurungan itu selalu mencuat seakan meminta jiwamu yang lain memerhatikan,
meminta makhluk-makhluk lain di luar dirimu memanggil, memeluk, mencium dan,
kalau perlu memperlakukanmu seperti seroang raja, tak perlu diusik, tak perlu
dilirik. Ya, yang baik-baik saja, dipuja-dipuji, itu saja yang kau harapkan.
Kamu ingin setiap
orang memperhatikannmu bahkan, kamu tak peduli dengan kesibukan mereka, tak
peduli. Tetapi aku tidak akan menyalahkanmu, tidak akan perah. Bukankah
pekerjaan paling mudah adalah menyalahkan? Baiklah, untuk mengetahui siapa
dirimu sebenarnya tak sesulit dan mungkin aku tak peru bermurung durja lantaran
susah-sungguh memecah teka-teki; siapa dirimu sebenarnya dirimu, Makhluk Aneh?
Kalau kau puisi
berlaku-sikaplah selayaknya puisi, ia yang sedeharna, dan tak membuat orang
berkerut, memukul jidat lantaran tak paham dengan keanehan-keanehanmu. Berhentilah
meniru orangtua kandungmu yang angkuh dan menyembunyikan kebodahannya di balik baju
besarnya, bahasa. Hemat-hematlah energimu, sebab dirimu tak perlu lagi
pembelaan, sebagai anak kandung kamu layak menentukan nasibmu sendiri ke mana
hendak melangkah. Jangan lagi membela dirimu lantaran kamu takut dibilang
pengecut atau tak mau dibilang berpaling muka di muka banyak makhluk aneh
lainnya. Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar