Home » » Kepada Anak Kandung

Kepada Anak Kandung




Aku tidak tahu siapa orangtua kandungmu, mungkin bernama Puisi, Cerpen, atau Novel, dan antau mungkin bernama Adiagung Sastrawan, entah sebutan apalagi yang lebih keren kepada orang tua kandungmu. Tapi, siapapun mereka, aku tidak akan peduli dengan orangtua kandungmu, aku hanya kasihan dan iba dengan nasibmu, kamu tampak merana, dengan wajah kusut minta diperhatikan. Kamu menjerit, kadang melompat-lompat, ngambek meski sekilas, dari luar kau berparas cantik, dan gagah.  


Setiap memperhatikanmu aku hanya menerka-nerka saja mungkin orangtua kandungmu kelewat sakit tapi anehnya tak seorang pun mau menolong orangtua kandungmu. Atau mungkin terlalu gagah, mata nanar, dada selalu tegap; tak seorang boleh menatap, dan kalau demikian maka wajarlah nasibmu dikoyak-koyak sepi, dirundung duka dan sajak yang diyakini oleh leluhurmu, Umbu Landung Paranggi, sajakpun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan, semakin menjauh dari jiwamu.

Tetapi aku heran denganmu, meski kamu kamu akan/ nyaris mampus dan selalu berusaha menampakkan diri seolah-olah dirimu adalah mahkluk paling bahagia tapi tetap saja, kisut, kemurungan itu selalu mencuat seakan meminta jiwamu yang lain memerhatikan, meminta makhluk-makhluk lain di luar dirimu memanggil, memeluk, mencium dan, kalau perlu memperlakukanmu seperti seroang raja, tak perlu diusik, tak perlu dilirik. Ya, yang baik-baik saja, dipuja-dipuji, itu saja yang kau harapkan.

Kamu ingin setiap orang memperhatikannmu bahkan, kamu tak peduli dengan kesibukan mereka, tak peduli. Tetapi aku tidak akan menyalahkanmu, tidak akan perah. Bukankah pekerjaan paling mudah adalah menyalahkan? Baiklah, untuk mengetahui siapa dirimu sebenarnya tak sesulit dan mungkin aku tak peru bermurung durja lantaran susah-sungguh memecah teka-teki; siapa dirimu sebenarnya dirimu, Makhluk Aneh? 

Kalau kau puisi berlaku-sikaplah selayaknya puisi, ia yang sedeharna, dan tak membuat orang berkerut, memukul jidat lantaran tak paham dengan keanehan-keanehanmu. Berhentilah meniru orangtua kandungmu yang angkuh dan menyembunyikan kebodahannya di balik baju besarnya, bahasa. Hemat-hematlah energimu, sebab dirimu tak perlu lagi pembelaan, sebagai anak kandung kamu layak menentukan nasibmu sendiri ke mana hendak melangkah. Jangan lagi membela dirimu lantaran kamu takut dibilang pengecut atau tak mau dibilang berpaling muka di muka banyak makhluk aneh lainnya. Bersambung

Share this article :

0 komentar:

 
Support : Jualan Buku Sastra | Jualan Buku Seni dan Budaya |
Copyright © 2013. areamahwiairtawar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger